Senin, 22 November 2010

Gunung Merapi Yang Semakin Berapi

Merapi Mengeluarkan Lahar
      Latar belakang saya menulis artikel ini karena hal ini baru saya alami selama hidup saya, ketika itu kota Purwokerto turun sesuatu yang asing dari langit, orang mengatakan sesuatu itu adalah abu vulkanik, setelah mencari tahu kesana kemari akhirnya dapat saya simpulkan ternyata hujan abu itu berasal dari meletusnya gunung merapi yang jarak tempuhnya 3 jam dari kota ini, hal yang tidak lazim tersebut langsung menggemparkan orang-orang dimana saya menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di kota ini. Melalui tulisan ini saya akan sedikit berbagi mengenai hasil temuan saya,semoga bermanfaat.
           Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di bumi Nusantara, sejarah mencatat setidaknya letusan gunung Merapi sudah terjadi sejak 1000 tahun lalu. Dan meletusnya gunung merapi pada 26 Oktober 2010 tidaklah sedahsyat letusan-letusan sebelumnya. Letusan pada 1930 setidaknya telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar. Letusan terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak diketahui berapa korban akibat letusan itu. Letusan gunung api merupakan fenomena biasa di Indonesia, tak ubahnya bencana alam seperti halnya gempa bumi, banjir, atau tanah longsor. Saat ini di Indonesia masih terdapat sejumlah gunung api aktif. Yang dinilai paling aktif adalah gunung Merapi. Gunung berapi teraktif di dunia tersebut memuntahkan material panas dari puncak gunung yang mengakibatkan musibah bencana alam yang sangat berbahaya bagi penduduk sekitar lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman tersebut meletus pada Selasa (26/10/2010) sekitar pukul 17.02 WIB dan mengakibatkan kerusakan yang luar biasa sampai radius 4 km ke arah selatan. Walaupun sudah diantisipasi sebelumnya, tetapi masih saja terdapat banyak korban nyawa melayang akibat meletusnya Gunung Merapi.
           Letusan gunung api merupakan fenomena biasa di Indonesia, tak ubahnya bencana alam seperti halnya gempa bumi, banjir, atau tanah longsor. Saat ini di Indonesia masih terdapat sejumlah gunung api aktif. Yang dinilai paling aktif adalah gunung Merapi.Sepanjang sejarahnya, diperkirakan Merapi telah meletus lebih dari 100 kali. Entah sejak kapan Merapi mulai meletus. Namun setelah dikenalnya kebudayaan tulisan diIndonesia pada abad ke-5, baru pada abad ke-9 ada informasi penting tentang letusan Merapi yang begitu hebat. Sebelumnya, para pakar hanya menduga-duga saja berdasarkan sedimen (lapisan tanah) yang ditimbulkannya.
           Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658. (VIVAnews) sebagai gunung api paling berbahaya di dunia. Yang lebih mengkhawatirkan letusan terbaru menjadi bukti siklus letusan Merapi kini makin pendek.
           Associate Profesor Teknik Geofisika ITB, Teuku Abdullah Sanny mengatakan siklus meletusnya gunung Merapi awalnya rutin selama 4 tahunan. Hal itu bisa dilihat dari dokumen bangsa Belanda sejak pertama kali gunung api itu tercatat meletus pada 1554. akan tetapi siklus ini sekarang turun menjadi siklus 3 tahunan. (teknologi.inilah.com)
            Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan menghasilkan awanpanas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi (Merapi Type). Kejadiannya adalah kubahlava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya tidak stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awanpanas guguran (rock avalance), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu tinggi (>700oC) dalam terjangan turbulensi meluncur dengan kecepatan tinggi (100 km/jam) ke dalam lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului dengan letusan eksplosif disertai awanpanas guguran akibat hancurnya kubah. Secara bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru.
            Ketika itu, kira-kira sebelas abad yang lampau, di Jawa berdiri sebuah kerajaan besar, Mataram (Hindu). Karena pemerintahan Raja Rakai Sumba Dyah Wawa berakhir dengan tiba-tiba, maka para pakar menghubungkannya dengan letusan Merapi. Menurut R.W. van Bemmelen dalam bukunya The Geology of Indonesia (1949), letusan itu demikian dahsyat dan mengakibatkan sebagian besar puncak Merapi lenyap. Bahkan terjadi pergeseran lapisan tanah ke arah Barat Daya sehingga terjadi lipatan yang antara lain membentuk Gunung Gendol. Letusan tersebut juga disertai gempa bumi, banjir lahar, serta hujan abu dan batu-batuan yang sangat mengerikan (Sejarah Nasional Indonesia II, 1985, hal. 155).
             Bencana alam ini, sebagaimana disebutkan oleh Boechari—seorang arkeolog yang mendalami bidang epigrafi—mungkin merusak ibukota Medang dan banyak daerah permukiman di Jawa Tengah. Oleh rakyat, bencana ini disebut pralaya atau kehancuran dunia. Diperkirakan bencana hebat itu melanda Mataram pada abad ke-9 hingga ke-10. Secara tersirat prasasti Rukam (829 Saka atau 907 Masehi) menyebutkan peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api. Kemungkinan besar, gunung api yang dimaksud adalah Merapi. Hal ini mengingat prasasti Rukam ditemukan di daerah Temanggung, Jawa Tengah.
              Letusan yang hebat konon kembali terjadi pada 1672. Naskah klasik Babad Tanah Jawi mengatakan demikian, “Kala itu berbarengan dengan meletusnya Merapi, suaranya menggelegar menakutkan. Batu-batu besar beradu beterbangan bercampur api. Jika diamati seperti hujan batu. Lahar mengalir kencang di sungai. Banyak desa terkubur dan hancur. Banyak orang desa meninggal, rakyat Mataram ketakutan kena terjang lahar panas dan hujan abu” (Bambang Soelist, 2002).
           Dikabarkan, akibat letusan itu langit di atas kerajaan Mataram (Islam) gelap gulita selama 24 jam. Peristiwa tersebut terjadi pada 4 Agustus 1672, ketika kapal “Marken” milik Belanda sedang berlayar di Samudra Indonesia, di sebelah Selatan Kedu. Letusan Merapi memakan korban 3.000 orang, belum termasuk sawah ladang dan harta benda lainnya.
            Letusan di tahun ini tercatat sebagai salah satu ledakan Gunung Merapi paling hebat membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram kuno harus berpindah ke Jawa Timur, karena tersapu lumpur, namun catatan Van Bemmelen ini masih banyak dipertentangkan dikalangan sejarahwan.(Wikipedia)
            Pada letusan kemarin, awan panas Merapi terjadi selama kurang lebih 20 menit. Hal ini tentu saja lebih lama dibandingkan tahun 2006 yang cuma sekitar 7 menit. Dengan makin bertambahnya lama waktu letusan tersebut, tentu saja kerusakan yang diakibatkan oleh Gunung Merapi yang meletus lebih parah. Desa Kinahrejo yang berada sekitar 4 km di selatan Merapi pun bagaikan kota mati karena hampir semua infrastruktur rumah dan bangunan tempat ibadah rusak semua.
              Karena begitu dahsyatnya dampak meletusnya gunung Merapi kemarin, terutama daerah disekitarnya. Saya ajak para pembaca untuk mendoakan keselamatan saudara-saudara kita yang sampai saat ini masih bermukim di pengungsian. Semoga keselamatan dan ketabahan selalu menyertai mereka amin.

0 Reaksi:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan Komentar anda. Kritik dan Saran Pedas anda sangat membantu dalam pengembangan blog ini, tetapi Komentar kasar, rasis, dan penghinaan tidak akan diloloskan,jika berkenan follow blog saya juga ya..