Jumat, 28 Januari 2011

History of Chinese New Year In Indonesia


            Terinspirasi seorang teman keturunan Cina yang tengah sibuk mempersiapkan tahun baru cina yang jatuh pada tanggal 3 Februari 2011, maka kali Ini saya akan coba membedah mengenai perkembangan tahun baru  cina di Indonesia. Orang keturunan cina di Indonesia seperti dinegara-negara lain di dunia sangatlah banyak jumlahnya, bahkan  banyak di antaranya yang menjadi artis maupun tokoh nasional, Dari sisi kenegaraanpun orang-orang keturunan ini tidak dibedakan dari hak-haknya dengan orang pribumi asli, bahkan secara sosial sudah menyatu dengan masyarakat lokal di Indonesia. Mungkin hal tersebutlah yang dicita-citakan para founding father negara ini sesuai dengan dasar filosofi bangsa indonesia yaitu Pancasila.
            Keturunan-keturunan cina inipun banyak yang berasimilasi kebudayaan dikarenakan banyak diantaranya yang menikah dengan orang lokal. Seperti teman saya yang saya katakan didepan, dia memiliki ibu dari suku jawa dan ayah dari keturunan cina Asli, pernikahan dan kehidupan sosiokultural inipun yang menyebabkan terajadinya proses asimilasi kebudayaan, seperti contohnya di kota saya Purwokerto, di suatu waktu ada pertunjukan barongsai yang berkolaborasi secara apik dengan kebudayaan lokal banyumas yaitu kenthongan. Begitu juga dengan tahun baru cina, di negara ini tahun baru cina dirayakan setiap tahun dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
           Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang me
resmikan Imlek sebagai hari libur yang fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002 (12 Februari 2002), Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Sukarno Putri.[1]
Sebelum tahun 1998, segala sesuatu yang berhubungan denga Cina dianggap tidak nasionalis, tidak patriotik, hal ini mungkin dikarenakan dengan trauma bangsa ini dikarenakan oleh meletusnya pemberontakan yang dikenal dengan G 30 S PKI (Partai Komunis Indonesia), dikarenakan ketakutan akan komunisme di Indonesia terulang segala sesuatu yang berbau Cina seringkali dikat-kaitkan dengan Komunisme RRC. Traumatik ini berdampak terputusnya hubungan diplomatik Indonesia dengan Cina pada tahun 1966 dan baru mengalami perbaikan pada tahun 1989.
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 memberikan angin segar kepada warga keturunan cina di Indonesia karena mereka sudah bisa membuka diri mengenai kultur budayanya, yang semula tidak boleh mengenakan atribut-atribut yang berbau cina dari kebudayaan barongsai sampai dengan pelarangan agama konghucu yang tidak diakui negara, bahkan nama-nama cina pada waktu itu diharuskan untuk diganti dengan nama-nama yang lebih “Indonesia”, Pada akhirnya diakui oleh Pemerintah Indonesia pasca tahun 1998 ditandai dengan pengakuan agama konghucu sebagai agama ke-6 sebagai agama yang diakui di Indonesia.
Namun apakah benar segala sesuatu yang berbau cina tidaklah nasionalis? Sebagai contoh Soe Hok Gie yang lahir pada tanggal 17 desember 1942, adalah seorang warga keturunan dia dikenang karena pemikiran-pemikiran yang radikal pada zamannya, Dia (Gie) adalah sosok intelektual “idealis” yang menyerukan kepada generasinya untuk berkata “tidak” terhadap kondisi yang inconsistent terhadap cita-cita revolusi ’45. (Artikel; Manusia Baru, Agustus 1969), Serta banyak Soe Hok Gie dalam konteks yang berbeda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi kepada bangsa Indonesia. Banyak diantaranya, orang-orang keturunan atau Indo-Cina di luar negeri mengidentikan dirinya sebagai Orang Indonesia yang bersuku TiongHoa sama seperti suku-suku  yang lain di Indonesia.
Serta kebudayaan-kebudayaan Cina sudah banyak berasimilasi dengan kebudayaan-kebudayaan lokal memberi warna dalam kebinekaan di Indonesia menjadikan budaya tersebut agak berbeda dengan budaya di negara Cina sebagai asalnya. Semoga di tahun kelinci ( mǎo) menjadikan lebih harmonisnya kebudayaan maupun dalam sosiokultur membentuk sebuah sikap semakin tingginya kesadaran berbangsa dan bernegara dalam koridor negara kesatuan Republik Indonesia. 恭喜, 恭喜發財, selamat dan semoga banyak rejeki. 


Happy Chinese New Year     


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek

2 Reaksi:

Jangan lupa tinggalkan Komentar anda. Kritik dan Saran Pedas anda sangat membantu dalam pengembangan blog ini, tetapi Komentar kasar, rasis, dan penghinaan tidak akan diloloskan,jika berkenan follow blog saya juga ya..