Rabu, 31 Agustus 2011

Mudik di Mata Orang Indonesia


Fenomena “Mudik” sepertinya sudah tidak asing lagi kita dengar di telinga ketik kita berbicara mengenai kegiatan yang dilakukan sebelum Hari raya Idul Fitri maupun pasca Hari raya Idul Fitri. Kegiatan “mudik” biasanya dilakukan oleh orang Islam setelah 1 bulan berpuasa, namun banyak juga orang non Islam yang melakukan “Mudik” untuk bertemu sanak saudaranya yang sudah lama tidak bertemu. Nampaknya “Mudik” sudah menjadi sebuah tradisi di Indonesia lebih luas dari pengertian Ritual Keagamaan.
Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia.[1]
Mudik boleh juga diartikan secara sederhana dengan sebuah proses untuk menelusuri dan mengikatkan diri kepada akar sosial kita. Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha, ketika dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.
Mudik merupakan tradisi tahunan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan di masyarakat Indonesia. Banyak orang yang mencoba mencari nafkah di kota besar pulang hanya pada liburan Lebaran atau Idul Fitri. Biasanya, mereka akan mengunjungi makam nenek moyang mereka untuk cenderung kepada mereka dan memberikan doa kepada roh-roh orang mati. Mudik juga semacam terapi yang berfungsi untuk merevitalisasi hubungan keluarga. Dalam aspek spiritual, itu menghasilkan kesegaran baru, yang menanamkan migran dengan semangat baru ketika mereka kembali ke pekerjaan mereka di kota-kota besar.
Dampak negatif dari Mudik adalah masalah yang belum bisa dipecahkan selama ini yaitu kemacetan, Polisi lalu lintas harus bekerja ekstrakeras seminggu sebelum lebaran sampai seminggu setelah lebaran untuk memastikan kenyamanan para pemudik di jalan. Akan tetapi nampaknya hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kenyamanan “ber-Mudik” hal ini dikarenakan Infrastruktur Jalan yang kurang memenuhi dan Alat transportasi yang juga kurang mendukung. Para pemudik harus dihadapkan pada kondisi macet berkepanjangan jarak yang biasanya bisa ditempuh dalam 10 jam menjadi 3 kali lipat menjadi 30 jam dikarenakan macetnya jalanan.
Moment Mudik juga dipakai beberapa Perusahaan untuk mengenalkan Product mereka dengan menawarkan fasilitas Rest Area bagi para pemudik, dari Operator telepon sampai Produk obat-obatan membuka stand-stand mereka, serta penduduk lokalpun tak mau kalah memanfaatkan moment lebaran ini dengan membuka warung-warung dadakan untuk tempat istiraat bagi para pemudik.
Mudik juga berfungsi sebagai jaringan informasi tentang kesempatan kerja di kota-kota besar, meskipun hal ini menimbulkan masalah. Populasi perkotaan meningkat setiap tahun ketika migran yang kembali dari liburan tahunan mereka, sebagai pembantu rumah tangga sering membawa dua atau tiga saudara untuk mengambil bagian dari "kisah sukses perkotaan". Migran perkotaan kembali ke desa mereka memberitahu keluarga dan teman-teman keberhasilan mereka di kota besar dan pamer baru mereka "kekayaan". Hal ini mengilhami mimpi tentang apa kehidupan perkotaan yang ditawarkan mereka yang memiliki keberanian untuk meninggalkan rumah mereka, mengakibatkan arus terus bergerak ke kota, ilusi dari gaya hidup baru dan harapan baru.
Itulah salah satu faktor pemicu urbanisasi dari pedesaan ke kota dirasakan karena kebijakan pusat yang sampai sekarang masih tersentraisir, Budaya Urbanisasi menawarkan bagaimana gaya hidup dikota yang begitu gemerlap, sampai pada ukuran kesuksesan yang disimbolkan dengan merek jins buatan luar negeri seharga setengah kwintal beras mereka hal tersebutlah menjadi faktor utama orang berbondong-bondong kekota untuk mencari apa yang mereka namakan “sejahtera”. Namun pernahkan kita semua berpikir apa yang sedang terjadi di kampung-kampung udik seperti sekarang ini? keterbatasan potensi daerah yang tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan, banyak kemelaratan terjadi di kampung, harga minyak ataupun listrik semakin sulit dijangkau masyarakat pedesaan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H kepada saudara sebangsa setanah air. Selamat bertemu dengan saudara tercinta, hati-hati dijalan dan Semoga silaturahmi kita tetap bertali jiwa yang teguh didalam moment ini.







7 Reaksi:

Jangan lupa tinggalkan Komentar anda. Kritik dan Saran Pedas anda sangat membantu dalam pengembangan blog ini, tetapi Komentar kasar, rasis, dan penghinaan tidak akan diloloskan,jika berkenan follow blog saya juga ya..